Karl Marx pernah mengatakan bahwa agama sebagai candu yang memabukan. Bisa saja statement itu benar adanya ketika semua orang melakukan tindakan kekerasan yang mengatasnamakan Tuhan, agama hadir ke dunia sebagai pedoman jalan hidup bukan sebagai instrumen penindasan ataupun kekerasan.
Baca Juga: Bolehkah Wudu dengan Air Minum ? Simak Ini Penjelasannya
Kekerasan- kekerasan yang dilakukan oleh para teroris sangat tidak mencerminkan dia sebagai muslim. Islam mengajarkan cinta kasih kepada semua manusia tanpa melihat ras, suku, golongan bahkan agama. Dihadapan Tuhan semua manusia itu sama yang membedakan adalah ke taqwaannya.
ISIS telah menjadi sorotan dunia atas kejadian- kejadian teror yang terjadi di berbagai negara, entah apa yang menjadi kepentingan organisasi itu, mereka mengabdikan dirinya atas dasar kesadaran berpikir (res cogitans) atau ada kepentingan perdagangan internasional yang sangat kotor dan tidak ber prikemanusiaan.
Mereka kelompok radikalisme yang mengaku sebagai seorang muslim adalah mereka yang tidak menginternalisasikan nilai-nilai yang terkandung dalam Al- Qur’an secara dinamis.
Baca Juga: Banser Getol Jaga Gereja Saat Natal, Simak Pandangan KH Marzuki Mustamar
Pencabutan status kewarganegaraan bagi orang yang terlibat dalam kelompok radikalisme adalah sanksi yang moderat, Hanah Arendt sebagai rapublikanis, menganggap komunitas politis sebagai tempat dimana hak- hak itu diakui.
Orang harus di perlengkapi dengan hak sebagai warganegara kalau tidak hak-hak asasi nya tidak akan ada yang menjamin dan melindungi. Sanksi tersebut lebih efektif dibandingkan dengan di penjara yang tidak pernah membuat jera para pelaku.
Jihad berdarah akan terus terjadi dan terus meregenerasi selama tidak ada pendidikan akhlak kepada generasi muda kita, pendidikan itu bisa di tanamkan dari kelompok yang paling kecil yaitu keluarga.
Baca Juga: Sekelumit Asal Muasal Banser Menjaga Gereja Saat Natal
Penanaman nilai- nilai islam yang rahmatan lilalamin menjadi modal kita untuk memangkas regenarasi paham radikalisme, dan merangkul keluarga yang terlibat dalam terorisme bukan untuk di asingkan. Tragedi ini menjadi pelajaran untuk bangsa kita, untuk selalu waspada, karena Dajal-dajal modernis selalu mengintai kita.