Di Masa Depan, Kecerdasan Emosional Menjadi Kecakapan yang Sangat Dibutuhkan

Libernesia.com-"The most important skills we should have in the future are emotional intelligence and mental stability," kata Harari pada suatu gelar wicara (talk show) di kanal Youtube Tom Bilyeu.

Maknanya kurang lebih bahwa kecerdasan emosional dan kestabilan mental adalah suatu kemampuan yang sekarang seharusnya dipelajari oleh setiap manusia.

Ini menjadi relevan karena pada saat ini segalanya sesuatu ditunjang oleh teknologi dan berbagai kemudahan yang ditimbulkannya.

Hal ini tentu saja menjadi sesuatu yang pada akhirnya akan membawa manusia pada titik di mana kebutuhan secara fisik sudah bukan lagi menjadi tantangan yang begitu serius.

Karena pada dasarnya, inovasi-inovasi di berbagai bidang, terutama teknologi, adalah upaya untuk memenuhi kebutuhan manusia secara fisik.

Baca Juga: Kesal Diejek, Mike Tyson Menghajar Seorang Penumpang di Pesawat

Namun, di sisi lain sangat jarang sekali inovasi teknologi yang berupaya memenuhi kebutuhan manusia secara psikis atau mental karena sangat susah sekali untuk membuat teknologi yang mampu masuk ke dalam tubuh manusia secara organik.

Paling tidak, sejauh ini teknologi itu hanya bisa membaca apa yang ada di dalam diri manusia dari apa yang nampak dari luar, seperti algoritma yang nantinya dapat mendeteksi tekanan darah dan situasi hati seseorang.

Baru-baru ini mungkin ditemukan teknologi yang mampu membaca pikiran manusia. Bahkan, suatu celetukan optimistik pernah mengatakan bahwa pada suatu hari nanti kematian menjadi suatu misteri dalam kehidupan ini.

Manusia menjadi makhluk sekaligus tuhan di alam semesta melihat bahwa celah-celah kematian sedikit demi sedikit dapat ditutupi oleh penemuan-penemuan baru di bidang kedokteran yang berupaya menghapus mortalitas manusia.

Tentu di masa depan penemuan itu akan semakin mencengangkan. Btw, jangan terlalu serius menanggapi paragraf ini.

Semua itu tentu saja menjadi beresiko, ketika inovasi-inovasi hanya memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang bersifat semu.

Karena pada dasarnya, kebutuhan yang nyata adalah kebutuhan emosional atau rasa.

Ini tentu saja sangat sulit ditembus oleh kemampuan teknologi. Karenanya, kemampuan manusia untuk dapat mengolah sendiri emosinya menjadi kunci utama untuk dapat terus merasa hidup di era ini.

Merasa hidup adalah sesuatu yang lebih bermakna dari kehidupan itu sendiri, karena saat rasa itu sudah hilang, seseorang mungkin lebih baik memilih mengakhiri kehidupannya atau paling tidak kehidupan akan menjadi hampa karena tak memiliki makna sama sekali--kita bisa saksikan hal tersebut di kehidupan kita saat ini.

Nah, yang dapat menjadi tolok ukur kita untuk dapat menjalankan kehidupan dengan penuh rasa adalah bagaimana kita berhadapan dengan sisi gelap (emosional) kita sendiri dengan suatu kecerdasan karena bisa saja emosi itu menyerang diri kita lebih ganas dari hewan paling buas sekalipun.

Tentu saja untuk mencapai titik kecerdasan seperti itu membutuhkan waktu yang lama, bahkan menyadari bahwa hal itu penting saja biasanya seseorang harus hidup terlebih dahulu hingga umur 60-70 tahunan, atau mungkin ada yang tidak menyadari sama sekali kebutuhan tersebut dalam hidupnya.

Oleh sebab itu, mempelajarinya sedini mungkin adalah langkah yang tepat untuk kita ambil. Entah itu dengan meditasi, olahraga, dan lain sebagainya yang pasti dapat memengaruhi kestabilan emosi dan mental.

Jadi, sejauh apa pun umat manusia menginjakkan kakinya, kehidupan sebenarnya ada dalam diri manusia itu sendiri, namun hanya sedikit sekali orang yang menyadarinya. Kasarnya, kita telah pergi jauh namun diri kita sendiri tertinggal entah di mana.