Libernesia - Pada zaman dahulu ada seroang ulama saleh bernama Juraij. Seluruh penduduk menganali Juraij karena kesalihannya tesebut.
Suatu ketika ibunda Juraij merindukannya dan ingin bertemu anaknya. Akhirnya sang ibu mendatangi tempat ibadah Juraij.
Sampai di tempat Juraij sang ibu memanggil Juraij berkali-kali namun dia tetap fokus melakukan ibadahnya hingga tak menghiraukan panggilan ibunya.
Karena tak mendapatkan respons dari Juraij, sang ibu pulang dengan harapan besok anaknya selesai dari melakukan ibadah tersebtu.
Besoknya sang ibu datang kembali dan terus memanggil Juraij namun hasilnya masih sama, Juraij tak menghiraukan panggilan sang ibu dan terus melaksanakan ibadah salatnya.
Sang ibu pun pulang karena tak mendapati bertemu dengan anaknya.
Baca Juga: Kisah Sufi dan Burung yang Sayapnya Patah
Besoknya, untuk terakhir kali sang ibu mendatangi kediaman Juraij dan mendapatkan hasil yang sama. Akhirnya karena kesal tak kunjung mendapatkan respons dari anaknya, sang ibu berdoa kepada Allah dengan doa yang kuraing baik.
"Ya Allah, jangan engkau cabut nyawa anakku sebelum dia melihat pelacur," doa sang ibu seraya pergi meninggalkan Juraij.
Ada sebagian ulama mengatakan bahwa Juraij terlalu sibuk dengan kenikmatan beribadah kepada Allah Swt sehingga tak menghiraukan ibunya.
Dikatakan bahwa jika sang ibu memanggil maka seseorang harus menghentikan dulu salatnya jika itu salat sunah dan harus menyegerakannya jika itu salat wajib.
Doa yang dipanjatkan oleh sang ibu lalu dikabulkan oleh Allah Swt.
Besoknya datang ke gubuk Juraij seorang pelacur yang cantik jelita yang menggoda Juraij untuk melakukan zina.
Namun seperti apa yang dirasakan ibunya, wanita tersebut juga mendapatkan perlakuan yang sama dari Juraij.
Artikel Terkait
Kisah Sufi dan Burung yang Sayapnya Patah