politik

Pupuk Kujang Berinovasi, Buat Alat Pengusir Burung untuk Lindungi Panen Petani

Jumat, 9 September 2022 | 12:57 WIB
Pupuk Kujang Pamerkan Inovasi Pengusir Hama Burung di acara PIQI 2022

Libernesia.com - Koloni burung pipit kerap menjadi momok menakutkan saat musim panen tiba. Karena kerap menimbulkan kerugian, petani padi mengkategorikan burung pipit sebagai hama.

Tak jarang, petani harus keluar modal lebih untuk biaya mengusir burung. Misalnya dengan memasang bebegig hingga memasang jaring untuk mencegah koloni burung memakan padi mereka.

Dilansir dari Pikiran Rakyat, 9 September 2022, sejumlah petani di Blok Saptamarga, Kampung Karoweng, Kecamatan Tawang terancam gagal panen karena koloni burung.

Akibat serangan tersebut, sebagian tanaman padi yang seharusnya dipanen beberapa hari kedepan terpaksa dipanen lebih awal. Soalnya, nulir-bulir padi sudah tidak berisi akibat dimakan koloni burung.

Baca Juga: Pembangunan Kantor Diskominfo Purwakarta Tahap II Diguyur APBD Miliaran Rupiah

“Sekarang mah tinggal jeraminya yang diambil untuk pakan sapi. Isi bulir padinya sudah habis ku manuk,” kata Usoy (54) seorang petani kepada PR. (Burung Rusak Padi, Bebegig tak Ditakuti lagi, Pikiran Rakyat, 9 September hal.5)

Koloni burung memang kerap menjadi keluhan petani. Pupuk Kujang mencoba melahirkan solusi untuk mengatasi masalah tersebut. Caranya dengan membuat alat pengusir burung bertenaga surya.

Dengan alat tersebut, burung pipit bisa ditakuti hingga terbang menjauh. Mekanismenya adalah mesin kecil untuk menggerakkan tali yang dipasangi rumbai-rumbai plastik alumunium foil.

“Burung ini secara natural takut terhadap kilatan cahaya dan gerakan. Kilatan dari rumbai-rumbai alumunium yang bergerak-gerak akan menakuti burung,” ujar Rangga Jiwa Wibawa dari Tim Inovasi Kujang Care.

Rangga menuturkan, tali berumbai itu digerakkan mesin motor dengan beban tarik sebesar 7 kilogram.

“Sehingga mampu menggerakkan tali yang membentang di lahan cukup luas. Sumber energinya dari panel surya,” kata Rangga.

“Untuk memudahkan petani, perangkat itu dibuat portable sehingga bisa dipindah-pindah. Alat ini juga bisa dioperasikan melalui ponsel,” kata Rangga.

Baca Juga: Waspada Anemia, Wabup Karawang Ajak Remaja Gemar Makan Sayur, Buah dan Minum Tablet Tambah Darah

Rangga mengungkapkan, berdasarkan serangkaian uji coba bersama SMKN 1 Telagasari, alat ini bisa mengurangi losses padi hingga 15 persen. “Biaya produksi alat ini cukup murah hanya mencapai Rp 1,5 juta saja,” ujar dia.

Halaman:

Tags

Terkini