“Saat ini prevalensi stunting kita masih 20,6 persen. Itu data hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022 lalu. Bulan ini sedang berjalan pendataan SSGI 2023. Kami menargetkan angka prevalensi stunting bisa turun menjadi 18 persen pada tahun ini dan turun lagi menjadi 14 persen pada 2024 mendatang. Angka 14 persen ini merupakan target yang telah ditetapkan pemerintah dalam RPJMN 2019-2024,” papar Hasto.
Baca Juga: Cegah Aksi Perundungan dan Kekerasan di Sekolah, Pemkab Karawang Bentuk TPPK
“Kami berharap pengukuhan Bunda Asuh Anak Stunting bisa diteruskan di tingkat Kodam, Kodim, Koramil, hingga Babinsa. Bahkan, kami berharap posyandu Persit menjadi bunda bagi posyandu lain di tengah masyarakat,” tambah Hasto.
Di bagian lain, Hasto secara khusus mengapresiasi aplikasi e-Stuntad dan e-Posyandu yang digagas Mabes TNI AD. Menurutnya, aplikasi ini untuk memudahkan prajurit TNI AD dan keluarganya, serta masyarakat Indonesia pada umumnya, dalam mengakses layanan kesehatan. Inisiatif ini juga dimaksudkan untuk terus menurunkan angka stunting.
Lewat aplikasi cerdas e-Stuntad, siapa pun dapat mendeteksi dengan mudah wilayah-wilayah dengan angka stunting masih terbilang tinggi. Data tersebut diperoleh dari laporan para babinsa yang mendata langsung kondisi di lapangan.
Sedangkan aplikasi e-Posyandu merupakan aplikasi berbasis data pemantauan terkait informasi kondisi kesehatan ibu hamil dan balita, serta laporan tumbuh kembang balita yang dapat dilakukan secara real time dan interaktif. Selain itu, aplikasi ini juga mampu menyediakan data lokasi posyandu terdekat di wilayah tempat tinggal masyarakat yang mengakses aplikasi ini.***