Perjalanan ke Kota Kuda Kuningan Part III - Pulang

photo author
- Senin, 27 Desember 2021 | 06:03 WIB
Ilustrasi (Foto: Pixabay)
Ilustrasi (Foto: Pixabay)

Libernesia.com- cerita Perjalanan ke Kota Kuda Kuningan Part III ini merupakan bagian cerita terkahir.

Senin, (15/12/2014) adalah hari dimana aku harus meninggalkan Kota Kuda Kuningan itu, pagi hari yang indah, langit memberikan warna biru seperti samudera, kicauan burung – burung kecil menghiasi pagi, tak kudengar suara-suara kendaraan yang menggangu pendengaran, tak kulihat antrian kendaraan dikota ini.

Seandainya kotaku Karawang masih seperti ini, yang keasriannya memberikan pancaran semangat pada masyarakat pribumi, tidak ada lagi perebutan pekerjaan dengan orang pendatang atau dengan Ormas. 

Baca Juga: Arkeolog Temukan Mumi Dalam Kondisi Terikat, Diperkirakan Usianya 1.200 Tahun

Arus globalisasi mempengaruhi segalanya, dari sektor pertanian, sektor pembanguan dan sektor manusia, perubahan ini adalah sebuah keharusan dan tidak bisa ditolak, perubahan ini makin memberikan dampak kurang sehat bagi masyarakat pribumi, apalah daya ini sudah terjadi, tinggal masyarakat pribumi berpikir dan kerja cerdas agar tidak menjadi babu-babu di kotanya sendiri.

Sebelum aku berangkat pulang, Aras memberikan satu helai kaos berwarna putih dengan gambar logo PMII, dan satu buku Roman karangan Pramoedya Ananta Toer dengan judul  “Jejak Langkah”.

Sungguh berat aku meninggalkan Kota Kuda itu, rasa haru menggeliat dalam perpisahan tersebut, kemudian aku diantar ke terminal Cirendang oleh Bimbim, itu sebutan akrabnya.

Baca Juga: Bolehkah Wudu dengan Air Minum ? Simak Ini Penjelasannya

Mobil tua yang ku naiki coba mengantarkanku menuju Stasiun Kejaksan Cirebon, buku Pramoedya Ananta Toer terpaksa aku tenteng, karena tas kecilku sudah tak sanggup membawanya, di balik jendela mobil tua itu terlihat keramaian di sepanjang jalan yang ku lewati, lalu lalang kendaraan, anak sekolah, karyawan perusahaan, ibu- ibu yang sedang asyik berbelanja di pasar tepi jalan itu, memberikan warna bagi perjalananku pagi itu.

Aku harus turun di simpang jalan perbatasan Kuningan - Cirebon, aku naik mobil angkot warna biru nomor 08, waktu berjalan begitu cepat, perjalanan masih jauh untuk sampai ke stasiun, 45 menit lagi kereta yang akan kunaiki berangkat, aku mulai gelisah.

Pak Sopir memberikan solusi agar aku dapat sampai stasiun dengan cepat, maka aku harus naik mobil angkot No 06. Aku langsung berpindah mobil, 15 menit sampai ke stasiun. Sesampainya di stasiun, tak banyak bicara aku langsung menukarkan kwitansi pembelian tiket dari minimarket. “Ma’af Mas, untuk penukaran tiket disebelah kiri saya dekat ruang tunggu.” ujar perempuan petugas stasiun.

Baca Juga: Perjalanan ke Kota Kuda Kuningan PART II - Belajar dari Mereka yang Dilupakan

Aku dihadapkan dengan mesin pencetak tiket, aku tidak tahu bagaimana penggunaannya ini, kemudian aku bertanya kepada satpam yang kebetulan berdiri tidak jauh dari mesin itu.

Toooooooooooooooootttttt!!!! Suara klakson kereta. Kereta telah tiba, aku segera bergegas menuju kereta yang ada dijalur satu, nama kereta itu Ceremai Express, mungkin nama itu diambil dari nama Gunung tertinggi di Jawa Barat, Aku duduk dikelas eksekutif A5B, banyak wajah-wajah baru yang aku lihat digerbong ini.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Didi Suheri

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Terpopuler

X