"Tahun 2009, istri saya hp blackberry ketemu cowok. Jadi hampir setengah tahun. Hampir stres sampai tangan saya sundut dengan rokok untuk menghilangkan sakit hati. Tapi 2009 istri saya minta maaf. Saat itu saya memaafkan, karena kasihan sama anak-anak,” tutur Chan di hadpan awak media, dengan nada bahasa Indonesia yang terbata-bata dan kurang fasih.
Tahun 2015, akhirnya Chan mendapatkan status sebagai Warga Negara Indonesia (WNI). Saat itu Chan memiliki keinginan untuk mengembangkan usahanya dengan mendirikan PT. Chan. Usaha inilah yang di kemudian hari menjadi pangkal percekcokan kehidupan rumah tangganya. Saat itu sering terjadi pertengkaran terus menerus mengenai keuangan keluarga.
Tahun 2017, Chan mendapati pesan WhatsApp seorang laki-laki di handphone Valencya dengan kata-kata “sayang dan kangen serta ingin berpelukan seperti kemarin”. Saat itu Chan menafsirkan pasti sudah terjadi sesuatu antara istrinya dengan laki-laki tersebut.
Chan juga sempat marah, karena Valencya melakukan operasi plastik di seluruh tubuhnya. Chatting whatsapp dengan lelaki lain yang ketahuan, Valencya kembali minum obat tidur dalam jumlah banyak hingga jatuh pingsan.
Lagi-lagi Chan membawa istrinya ke rumah sakit. Chan masih setia mendampingi istrinya di rumah sakit. Pihak keluarga Valencya yang mengetahui kejadian ini pun menasehati Valencya. Lagi, Chan kembali memaafkan istrinya. Tetapi setiap kali Valencya pergi ke luar rumah, Chan selalu terbayang-bayang istrinya bersama lelaki lain. Hal inilah yang membuat Chan menjadi stres dan depresi.
Tahun 2018, sebenarnya kehidupan rumah tangga Chan dengan Valencya masih baik-baik saja. Tetapi kemudian usaha toko bangunan mereka mengalami pasang surut, hingga menimbulkan beberapa hutang usaha. Karena adanya hutang usaha yang cukup besar, Valencya meminta agar PT. Chan ditutup. Tetapi Chan tetap berusaha melanjutkan usahanya.
Valencya lalu marah-marah kepada Chan dengan kata-kata kasar seperti anj*ng dan bab* (sensor, red). Hal inilah yang menjadi awal pertengkaran diantara keduanya secara terus menerus.
Hingga Januari 2019, Valencya memarahi dan mengusir Chan dari rumah dengan kata-kata kasar anj*ng dan bab*. Valencya juga mengirimkan pesan voicenot whatsapp kepada Chan yang isinya mengusir Chan dari rumah dan memaki-maki Chan dengan kata-kata kasar seperti bajingan, brengsek dan lain-lain. Valencya juga melarang Chan pulang ke rumah dan bertemu dengan anaknya lagi.
Februari 2019, Chan yang sudah tidak tahan dimaki-maki setiap hari oleh Valencya, akhirnya pergi dari rumah dan tidur di kantor PT. Chan. Karena dilarang bertemu dengan anak-anaknya, akhirnya Chan hanya bisa menemui anak-anaknya di sekolah.
Maret, April, Mei 2019, Chan masih mengirimkan uang ke rekening istrinya sebanyak 10 juta tiga kali dan 30 juta sekali. Namun uang tersebut enggan diterima istrinya dan dikirimkan kembali ke rekening Chan.
Bahkan April 2019, Valencya meminta bantuan Chan untuk datang ke kantor notaris guna tanda tangan surat persetujuan pinjaman uang sebesar Rp 2 miliar ke bank untuk keperluan renovasi toko bangunan.
“Saya memarahi Ibu Valen itu tidak benar. Saya justru diusir dari rumah. Saya tidak boleh ketemu dengan anak-anak saya. Saya tidak marah-marahi Ibu Valen. Tapi Valen malah maki saya anj*ng bab* karena masalah uang,” tutur Chan.
“Sebenarnya yang dilaporkan itu masalah keuangan. Jadi tidak pernah ada laporan marah-marah saya mabuk,” katanya.
“Hari ini saya mau cerita ke media karena cuma ingin nama saya bersih. Dengan bukti-bukti yang ada, saya tidak bermaksud mau menjelekan mantan istri saya,” timpal Chan, yang mengaku sejak awal kasus ini ramai di media, sebenarnya ia tidak mau berkomentar.
Karena alasan privasi keluarga dan menjaga perasaan anak-anaknya. Tetapi karena isu di media terus berkembang miring dan memojokan dirinya, akhirnya Chan mengaku terpaksa buka mulut juga.