Perjalanan ke Kota Kuda Kuningan PART I - Ada Rasa yang Tertinggal

photo author
- Jumat, 17 Desember 2021 | 06:00 WIB
Kereta Api (Foto: Pixabay)
Kereta Api (Foto: Pixabay)

Libernesia.com- Aku akan memulai kisah ini dari sebuah perjalanan saat aku masih mengenakan sebuah almamater kampus Universitas Singaperbangsa Karawang, sebagai Ketua Himpunan Mahasiswa Manajemen Singaperbangsa (HIMMAS), saya menghadiri undangan organisasi di Kota Kuda Kuningan.

Pemandangan  dan pengalaman yang tersimpan dalam kalbu mengenai perjalanan ke Kota  Kuda  tak akan terhapus oleh angin yang menghembus, hujan yang menetes membasahi bumi, sinar matahari yang membakar.

Pengalaman ini akan tersimpan dalam memori otak ku, hanya  kertas- kertas yang penuh dengan goresan tinta hitam yang akan habis termakan waktu, tetapi tidak untuk pengalaman berkunjung ke Kota Kuda Kuningan.

Baca Juga: Ramalan Zodiak Capricorn Periode 13 Desember - 19 Desember 2021, Segera Lakukan Manuver Cepat

Sekalipun jasadku terkubur oleh tanah ataupun jasadku di bakar dengan kobaran api, tak akan membuat esensi pengalaman yang tersurat ikut terkubur ataupun terbakar pula. Agak lebay dikit boleh lah ya. hehe

12 Desember 2014, aku dan enam sahabatku melakukan perjalanan ke Kota Kuda, ke enam sahabatku ialah Idham, Yudi, Zakaria, Kholik, Fedly dan Fajar. Kami adalah mahasiswa manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Singaperbangsa Karawang.

Pukul 22.15 kami meluncur ke kota kuda dengan kereta api. Lokomotif mulai disambungkan dengan gerbong- gerbong yang memuat manusia-manusia dari berbagai latar belakang yang berbeda. Suara bising terdengar di arah lokomotif, bunyi klaksonnya menggetarkan seisi stasiun, kereta pun mulai meluncur dari Cikampek menuju Cirebon.

Baca Juga: Nih 5 Kado Natal Untuk Bayi, Dijamin si Bayi Tambah Gemes

Disebrang sana terdengar alarm, tepatnya digerbang pintu rel kereta api, aku menoleh kearah itu, kemacetan yang terlihat dan silau lampu kendaraan menembus kaca kereta.  Tempat duduk yang ku duduki bergoyang-goyang kecil, suara mesin itu yang mampu memecahkan sunyinya malam itu.

Pukul 00.15, aku sampai di stasiun Kejaksan Cirebon, gemercik hujan dan kilat menyambut kedatangan kami, kemudian kami dijemput oleh Deni menggunakan mobil mini bus berwarna hitam, ia adalah demisioner ketua HMJ FE Universitas Kuningan dan sebagai pengurus Himpunan Mahasiswa Manajemen Indonesia (HMMI).

Jalan dari Cirebon menuju Kuningan seperti ombak banyu, licin terguyur hujan, pandanganku pun samar-samar, ada yang unik, digelapnya malam ada warung berhiaskan lampu dengan warna-warni pancaran sinarnya, ternyata itu adalah tempat para pramuria menjajakan tubuhnya,”owh tidak,  mereka cantik dan mempesona, mengapa mereka harus bekerja seperti itu”. Ucapku dalam hati.

Baca Juga: Nih 5 Tips Mengemas Kado Natal yang Beda dari yang Lain

Sesampainya kami di Kota Kuda, kami menginap di rumah Wildan, ia adalah fungsionaris nasional HMMI. Mata yang sudah mulai sayup membuat pandangan mulai kabur, badan sudah memanggil menuntut haknya, memberi efek lelah dan lemas hingga aku tak kuasa menahan diri dari kantuk, akhirnya aku terlelap dalam tidurku.

Tak ku dengar suara ayam berkokok, mungkin karena rumahnya berada di komplek perumahan yang cukup elit, ayam pun malu mendekat, apalagi berkokok. Hanya suara  gaduh orang-orang yang beraktivitas yang ku dengar dibalik tembok.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Didi Suheri

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Terpopuler

X