Beuna menjelaskan prinsip pembuatan minyak kelapa dengan ragi tempe ini adalah dengan cara basah, yaitu terlebih dahulu melalui proses santan. Dimulai dengan memarut daging buah kelapa, diolah menjadi santan, kemudian ditambahkan ragi tempe.
Di dalam santan yang dihasilkan terdapat minyak dengan air. Meski pada dasarnya kedua bahan tersebut tidak bisa bercampur, namun karena protein yang terkandung di dalam santan membuat keduanya bisa bercampur. Jika proteinnya dirusak, maka minyak dan air tersebut bisa terpisah dengan sendirinya.
“Penambahan ragi tempe pada santan akan membuat protein kelapa dimakan oleh ragi. Saat jumlah proteinnya berkurang, fungsinya untuk menjaga kestabilan campuran minyak dan air menurun, maka tidak ada lagi yang memegang molekul minyak dan air. Sehingga keduanya akan terpisah dengan sendirinya,” jelasnya.
Baca Juga: Polda Sumut Menemukan Ladang Ganja Seluas 2 Hektar di Mandailing Natal
Selanjutnya, tambah Agus, minyak dipanaskan pada suhu 700C agar ragi dan sporanya yang ikut terbawa dalam minyak dapat dimatikan. Proses pemanasan dilakukan dua sampai tiga kali atau biasa disebut proses pasteurisasi.
“Itu yang kami lakukan selama proses fermentasi dengan ragi tempe,” tambahnya.
Karena mengandung protein dengan rantai pendek dan rantai sedang, minyak ini menjadi lebih mudah dicerna oleh tubuh. Ketika masuk ke dalam tubuh, minyak ini cenderung untuk digunakan daripada disimpan di bawah jaringan kulit manusia.
Baca Juga: Rhoma Irama Akan Buat Sekolah Musik di Karawang
Beuna juga mengatakan, dampak mengkonsumsi minyak kelapa bisa membuat tubuh menjadi tidak lebih cepat gemuk, dibandingkan jika mengkonsumsi minyak sawit.
Dirinya berharap minyak kelapa bisa digunakan sebagai pangan, sedangkan minyak kelapa sawit digunakan untuk bahan baku energi.
“Jadi masyarakat tidak terlalu bergantung dengan minyak sawit, sehingga minyak kelapa juga bisa digunakan sebagai minyak goreng,” tandasnya.***