Bukan di Lestarikan, Kantor Kewedanaan Rengasdengklok Malah Dijadikan Tempat Enak- Enak dan Parkir Liar

photo author
- Minggu, 16 Januari 2022 | 08:52 WIB
Kantor Kewedanaan Rengasdengklok (Foto: Radar Karawang)
Kantor Kewedanaan Rengasdengklok (Foto: Radar Karawang)

 

Libernesia.com- Sejarah panjang kemerdekaan Indonesia tidak terlepas dari peranan pemuda yang menculik Soekarno ke Rengasdengklok untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, untuk pertama kalinya bendera merah putih di kibarkan di Kantor Kewedanaan Rengasdengklok, namun miris, tempat tersebut kini terbengkalai dan dijadikan tempat parkir liar bahkan tempat mesum

Menurut kesaksian salah satu Dewan Pengurus Kecamatan saat menyambangi lokasi tersebut, orang yang melihatnya pasti akan mengelus dada dan berseloroh dalam hatinya “disini Bung Karno mengibarkan bendera merah putih yang pertama kalinya, tapi tempat ini seperti tidak memiliki nilai historis apapun, malah menjadi tempat parkir liar, dan juga ditemukan botol-botol bekas minuman keras dan sampah-sampah yang berserakan dalam ruangan tersebut.

Jika Bung Karno menyaksikannya pasti menangis bombay lihat ulah generasi penerusnya yang tidak peduli pada sejarah, padahal semasa masih hidup Bung Karno sering bilang sampai berbusa-busa:
“Jangan sekali-kali melupakan sejarah (Jas Merah)”.

Baca Juga: Bikin Merinding Bacanya, Inilah Puisi Rumah Bordil

Rasum penunggu Gedung Kewedanaan itu seperti di lansir dari Radar Karawang, mengungkapkan tempat tersebut sering di jadikan tempat parkir liar, lebih parah lagi ia juga sering menemukan botol – botol miras kosong yang berserakan dan kemungkinan juga sering di jadikan tempat enak-enak (mesum).

Pikirku, Pak Rasum saat menyampaikan itu semua, ia memasang muka melas, sambil sesekali menghisap rokok dan mengeluarkan asapnya dari hidung. Bukan gaya -gayaan gak jelas, hal itu hanya untuk mengisyaratkan keputusasaannya, bahwa Pemkab tidak memiliki kepedulian terhadap tempat sejarah tersebut, atau barangkali kesal kepada para oknum tidak bertanggung jawab dan menjadikan tempat Bung Karno kibarkan bendera merah putih pertama kalinya di Rengasdengklok pada 16 Agustus 1945 di jadikan tempat enak-enak.

Kantor yang di bangun satu tahun setelah meletusnya Revolusi Bolshevik ini atau pada tahun 1918 sudah banyak mengalami kerusakan, dinding-dinding tembok banyak yang mengelupas, jendela nya rusak, pintu yang sudah tidak berfungsi, pantas saja jika tempat itu di jadikan tempat maksiat, mungkin juga sudah menjadi tempat beranak pinak Kunti dan para Jin betina.

Baca Juga: Nagita Slavina Kenakan Baju 11 Juta, Netizen: Seharga Motor Gue

Teringat dengan perkataan Mahbub Djunaidi yang sangat menampar, bahwa setolol-tololnya orang adalah yang tidak tahu apa itu sejarah, dan sehina-hinanya orang adalah yang memalsukan sejarah.

Jangan-jangan kita juga termasuk dalam kategori orang tolol, yang tidak tahu apa itu sejarah. Atau seperti ungkapan Paulo Freire seorang pemikir dari Negaranya Neymar seorang pesepak bola yang kini membela Paris-Saint Germain (PSG), Preire menjelaskan mengenai kesadaran manusia, ada tiga macam kesadaran menurut pemikir dengan brewok yang hampir menyaingi KH. Marx itu, pertama kesadaran magic, kedua kesadaran naif, dan ketiga kesadaran kritis.

Saya tidak akan menjelaskan semua nya, paling banter saya akan jelaskan satu kesadaran yang kini menjadi syndrome masyarakat kita. Dua macam kesadaran lagi bisa anda cari tau sendiri, bisa dengan beli bukunya, jika tidak punya uang bisa pinjam atau mendengarkan ceramah dosen anda, atau kalau mau yang lebih praktis bisa tonton di youtube.

Baca Juga: Viral Badut Ngamen di Lampu Merah Saat Hujan Deras, Endingnya Menyayat Hati

Ya, problem bangsa kita, adalah tidak mau merubah atau meluruskan sesuatu yang bengkok, kebanyakan dari kita bukan tidak tahu tentang sejarah, dari SD sampai SMA kita di cekoki terus dengan pelajaran sejarah, pastinya sudah diluar kepala sejarah bangsa kita.

Menurut Freire, kondisi tersebut disebut dengan kesadaran naif, dimana kita mengetahui ada sesuatu yang janggal, namun kita membiarkan kejanggalan itu. Padahal kata Soe Hok Gie, mendiamkan kesalahan adalah kejahatan.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Didi Suheri

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Terpopuler

X