Libernesia.com - Gus Muhaimin mendatangi rumah duka korban kebakaran maut di Pesantren Miftahul Khoirot di Cilamaya Kulon, Karawang, Jawa Barat, Selasa 22/2/2022.
Suasana haru dan duka begitu terasa di kediaman almarhum Muhammad Fathir, salah satu santri korban kebakaran Pondok Pesantren Miftahul Khoirot.
Raut wajah ayahanda Fathir, Nur Salim Hadi tak bisa menyembunyikan kesedihan yang begitu mendalam usai ditinggal sang anak sulung untuk selamanya.
Baca Juga: Anggaran Makanan dan Minuman Rapat DPRD Kabupaten Purwakarta Telan APBD Rp 1,3 Miliar
Suasana itu juga dirasakan oleh Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Abdul Muhaimin Iskandar atau Gus Muhaimin saat takziyah ke kediaman almarhum Fathir.
“Sabar ya pak. Insyaallah kalau kita ikhlas bisa menjadi kekuatan bapak dan keluarga baik di dunia maupun di akhirat. Apalagi dianya (Fathir) di pesantren kayak gitu,” kata Gus Muhaimin.
Kepada Gus Muhaimin Nur Salim menyebut sang anak kini duduk di bangku kelas 6 Madrasah Ibtidaiyah dan akan lulus pertengahan tahun ini. Tak hanya itu, Fathir juga sudah hafal 2 juz Alquran sepanjang dia mondok di Miftahul Khoirot.
Baca Juga: Bupati Sampaikan Duka Cita, Beri Bantuan dan Rencanakan Program Trauma Healing bagi Santri
Awalnya, kata Nur Salim, Fathir bersekolah di salah satu sekolah umum tak jauh dari kediamannya. Namun karena pandemi dan sistem pembelajaran kerap online, dia berinisiatif memondokkan putranya ke Pesantren tersebut agar mendapatkan pembelajaran yang optimal.
“Mulai ada korona itu dia di Pesantren pak. Awalnya dia naik kelas lima (sekolah) di Nagasari, gara-gara korona selama 4 bulan daring, saya inisiatif kok belajar kayak gini, ya sudah pesantren saja,” tutur Nur Salim.
Saat mendengar musibah kebakaran itu, Nur Salim bergegas berangkat ke Pesantren untuk memastikan kondisi Fathir dengan mengendarai motor. Namun di tengah jalan, dia mendapatkan informasi dari grup Walisantri bahwa putranya turut menjadi korban meninggal dalam kebakaran itu.
Baca Juga: Ketua GP Ansor Karawang Usulkan Disetiap Dapil Ada Mobil Damkar
“Saya pertama tahu info itu dari grup Walisantri, saya naik motor ke Pesantren untuk cek kondisi anak saya. Ya memang mau ke situ pakai motor pak, supaya lebih cepat, tapi pak,…” tutur Nur Salim sembari menangis.
Nur Salim berujar kepergian Fathir adalah musibah yang sangat berat baginya. Anak pertama dari dua bersaudara itu selama ini dikenal periang dan juga rajin ibadah. Apalagi saat di Pesantren, Fathir sudah mulai sedikit demi sedikit mulai menghafalkan Quran.